Total Tayangan Halaman
Senin, 17 Desember 2012
Minggu, 03 Juni 2012
SEPULUH BESAR UJIAN NASIONAL 2011-2012
PERAIH SEPULUH BESAR UJIAN NASINAL 2011-2012
1. Afina Putri Cahyani
2. Rifka Iffatun Nur Izzati
3. Gilang Septiano
4. Riza Ahmad Royya
5. Fellyn Mery Anggraini
6. Erico Bagus Pradana
7. Eva Nurhayati
8. Moh Navi
9. Helmi Luciana
10. Mahfud Kurnianto
1. Afina Putri Cahyani
2. Rifka Iffatun Nur Izzati
3. Gilang Septiano
4. Riza Ahmad Royya
5. Fellyn Mery Anggraini
6. Erico Bagus Pradana
7. Eva Nurhayati
8. Moh Navi
9. Helmi Luciana
10. Mahfud Kurnianto
Rabu, 04 April 2012
Minggu, 25 Maret 2012
SISWA SMPN 4 BLITAR JALUR KHUSUS DI SMA 2
DAFTAR NAMA SISWA SMP NEGERI 4 BLI TAR
YANG DITERIMA DI SMA NEGERI 2 Jalur KHUSUS TAHUN 2012/2013
Kelas Akademis :
1. Recha Dwi Fitriyana kelas 9A
2. Maulena Firdausi kelas 9A
3. Mery Rahayu kelas 9A
4. Ruslina Santiara kelas 9D
5. Indah Risky Sapta Rini kelas 9D
6. Mayke Kartika Dewi kelas 9H
Kelas Talenta
1. Galih Santoso kelas 9B
2. Andi Christianto kelas 9D
3. Arvandi Setyo Putro kelas 9G
4. Alfan Fuad Mubarizzi kelas 9G
5. Denada Rama Zelva kelas 9H
YANG DITERIMA DI SMA NEGERI 2 Jalur KHUSUS TAHUN 2012/2013
Kelas Akademis :
1. Recha Dwi Fitriyana kelas 9A
2. Maulena Firdausi kelas 9A
3. Mery Rahayu kelas 9A
4. Ruslina Santiara kelas 9D
5. Indah Risky Sapta Rini kelas 9D
6. Mayke Kartika Dewi kelas 9H
Kelas Talenta
1. Galih Santoso kelas 9B
2. Andi Christianto kelas 9D
3. Arvandi Setyo Putro kelas 9G
4. Alfan Fuad Mubarizzi kelas 9G
5. Denada Rama Zelva kelas 9H
LIMA BELAS KESALAHAN TENTANG BIMBINGAN KONSELING
Adaptasi dan disarikan dari : Prayitno.2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
Perjalanan bimbingan dan konseling menuju sebuah profesi yang handal hingga saat ini tampaknya masih harus dilalui secara tertatih-tatih. Dalam hal ini, Prayitno (2003) telah mengidentifikasi 15 kekeliruan pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi ini. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang berada di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Kelimabelas kekeliruan pemahaman itu adalah :
1. Bimbingan dan Konseling disamakan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling adalah identik dengan pendidikan sehingga sekolah tidak perlu lagi bersusah payah menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikan itu sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari pendidikan. Mereka sama sekali tidak melihat arti penting bimbingan dan konseling di sekolah. Sementara ada juga yang berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar terpisah dari pendidikan dan pelayanan bimbingan dan konseling harus secara nyata dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.
Walaupun guru dalam melaksanakan pembelajaran siswa dituntut untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan interpersonal dengan para siswanya, namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang tidak bisa dan tidak mungkin dapat dilayani sepenuhnya oleh guru di sekolah melalui pelayanan pengajaran semata, seperti dalam hal pelayanan dasar (kurikulum bimbingan dan konseling), perencanaan individual, pelayanan responsif, dan beberapa kegiatan khas Bimbingan dan Konseling lainnya.
Begitu pula, Bimbingan dan Konseling bukanlah pelayanan eksklusif yang harus terpisah dari pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki derajat dan tujuan yang sama dengan pelayanan pendidikan lainnya (baca: pelayanan pengajaran dan/atau manajemen), yaitu mengantarkan para siswa untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal. Perbedaan terletak dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimana masing-masing memiliki karakteristik tugas dan fungsi yang khas dan berbeda (1).
2. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater.
Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah konseli/pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.
Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dan konseling tidaklah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter dan psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan konselor bekerja dengan orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami masalah.Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi perilaku, pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan dengan teknik-teknik khas bimbingan dan konseling.
3. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang bersifat insidental.
Memang tidak dipungkiri pekerjaan bimbingan dan konseling salah satunya bertitik tolak dari masalah yang dirasakan siswa, khususnya dalam rangka pelayanan responsif, tetapi hal ini bukan berarti bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan hanya bersifat reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat itu.
Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis dan terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan, pengembangan maupun penyembuhan (pengentasan)
4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang tersddia.
5. Bimbingan dan Konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang/tidak normal”.
Sasaran Bimbingan dan Konseling adalah hanya orang-orang normal yang mengalami masalah. Melalui bantuan psikologis yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut dapat terbebaskan dari masalah yang menghinggapinya. Jika seseorang mengalami keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk penyembuhannya. Masalahnya, tidak sedikit petugas bimbingan dan konseling yang tergesa-gesa dan kurang hati-hati dalam mengambil kesimpulan untuk menyatakan seseorang tidak normal. Pelayanan bantuan pun langsung dihentikan dan dialihtangankan (referal).
6. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berpusat pada keluhan pertama (gejala) saja.
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dari gejala yang ditemukan atau keluhan awal disampaikan konseli. Namun seringkali justru konselor mengejar dan mendalami gejala yang ada bukan inti masalah dari gejala yang muncul. Misalkan, menemukan siswa dengan gejala sering tidak masuk kelas, pelayanan dan pembicaraan bimbingan dan konseling malah berkutat pada persoalan tidak masuk kelas, bukan menggali sesuatu yang lebih dalam dibalik tidak masuk kelasnya.
7. Bimbingan dan Konseling menangani masalah yang ringan.
Ukuran berat-ringannya suatu masalah memang menjadi relatif, seringkali masalah seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami lebih dalam ternyata masalah itu sangat kompleks dan berat. Begitu pula sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun setelah dipelajari lebih jauh ternyata hanya masalah ringan saja. Terlepas berat-ringannya yang paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah (referal) kepada pihak yang lebih kompeten
8. Petugas Bimbingan dan Konseling di sekolah diperankan sebagai “polisi sekolah”.
Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah “polisi sekolah” yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan di sekolah.Tidak jarang konselor diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian, bahkan diberi wewenang bagi siswa yang bersalah.
Dengan kekuatan inti bimbingan dan konseling pada pendekatan interpersonal, konselor justru harus bertindak dan berperan sebagai sahabat kepercayaan siswa, tempat mencurahkan kepentingan apa-apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa. Konselor adalah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.
9. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanyalah merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal.
10. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerja sama dengan ahli atau petugas lain
Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya,sosial,dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Di sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak berdiri sendiri.Masalah itu sering kali saling terkait dengan orang tua,siswa,guru,dan piha-pihak lain; terkait pula dengan berbagai unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu penanggulangannya tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru pembimbing saja .Dalam hal ini peranan guru mata pelajaran, orang tua, dan pihak-pihak lain sering kali sangat menentukan. Guru pembimbing harus pandai menjalin hubungan kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya siswa yang mengalami masalah itu. Di samping itu guru pembimbing harus pula memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah siswa. Guru mata pelajaran merupakan mitra bagi guru pembimbing, khususnya dalam menangani masalah-masalah belajar.
Namun demikian, konselor atau guru pembimbing tidak boleh terlalu mengharapkan bantuan ahli atau petugas lain. Sebagai tenaga profesional konselor atau guru pembimbing harus mampu bekerja sendiri, tanpa tergantung pada ahli atau petugas lain. Dalam menangani masalah siswa guru pembimbing harus harus berani melaksanakan pelayanan, seperti “praktik pribadi”, artinya pelayanan itu dilaksanakan sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain atau tanpa campur tangan ahli lain. Pekerjaan yang profesional justru salah satu cirinya pekerjaan mandiri yang tidak melibatkan campur tangan orang lain atau ahli.
11. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain harus pasif
Sesuai dengan asas kegiatan, di samping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun, terutama klien,harus secara langsung aktif terlibat dalam proses tersebut.Lebih jauh, pihak-pihak lain hendaknya tidak membiarkan konselor bergerak dan berjalan sendiri. Di sekolah, guru pembimbing memang harus aktif, bersikap “jemput bola”, tidak hanya menunggu didatangi siswa yang meminta layanan kepadanya.Sementara itu, personil sekolah yang lain hendaknya membantu kelancaran usaha pelayanan itu.
Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpakan hanya kepada konselor saja. Jika kegiatan yang pada dasarnya bersifat usaha bersama itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor, maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak berjalan sama sekali.
12. Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi.
13. Menyama-ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Cara apapun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang terkait dengannya.Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan. Masalah yang tampaknya “sama” setelah dikaji secara mendalam mungkin ternyata hakekatnya berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasinya. Pada dasarnya.pemakaian sesuatu cara bergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling, dan sarana yang tersedia.
14. Memusatkan usaha Bimbingan dan Konseling hanya pada penggunaan instrumentasi
Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dan dapat dikembangkan pada diri konselor adalah “mulut” dan keterampilan pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakannya instrumen (tes.inventori,angket dan dan sebagainya itu) hanyalah sekedar pembantu. Ketidaan alat-alat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, atau bahkan melumpuhkan sama sekali usaha pelayanan bimbingan dan konseling.Oleh sebab itu, konselor hendaklah tidak menjadikan ketiadaan instrumen seperti itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi, apa lagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sama sekali.Tugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan
15. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat.
Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang dihadapi klien dapat diatasi sesegera mungkin dan hasilnya pun dapat segera dilihat. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul, lebih-lebih kalau yang dimaksud dengan “cepat” itu adalah dalam hitungan detik atau jam. Hasil bimbingan dan konseling tidaklah seperti makan sambal, begitu masuk ke mulut akan terasa pedasnya. Hasil bimbingan dan konseling mungkin saja baru dirasakan beberapa hari kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemuadian.. Misalkan, siswa yang mengkonsultasikan tentang cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, mungkin manfaat dari hasil konsultasi akan dirasakannya justru pada saat setelah dia menjadi seorang dokter.
Adaptasi dan disarikan dari : Prayitno.2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
Adaptasi dan disarikan dari : Prayitno.2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
Perjalanan bimbingan dan konseling menuju sebuah profesi yang handal hingga saat ini tampaknya masih harus dilalui secara tertatih-tatih. Dalam hal ini, Prayitno (2003) telah mengidentifikasi 15 kekeliruan pemahaman orang dalam melihat bimbingan dan konseling, baik dalam tataran konsep maupun praktiknya yang tentunya sangat mengganggu terhadap pencitraan dan laju pengembangan profesi ini. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang berada di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Kelimabelas kekeliruan pemahaman itu adalah :
1. Bimbingan dan Konseling disamakan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling adalah identik dengan pendidikan sehingga sekolah tidak perlu lagi bersusah payah menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikan itu sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari pendidikan. Mereka sama sekali tidak melihat arti penting bimbingan dan konseling di sekolah. Sementara ada juga yang berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar terpisah dari pendidikan dan pelayanan bimbingan dan konseling harus secara nyata dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.
Walaupun guru dalam melaksanakan pembelajaran siswa dituntut untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan interpersonal dengan para siswanya, namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang tidak bisa dan tidak mungkin dapat dilayani sepenuhnya oleh guru di sekolah melalui pelayanan pengajaran semata, seperti dalam hal pelayanan dasar (kurikulum bimbingan dan konseling), perencanaan individual, pelayanan responsif, dan beberapa kegiatan khas Bimbingan dan Konseling lainnya.
Begitu pula, Bimbingan dan Konseling bukanlah pelayanan eksklusif yang harus terpisah dari pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki derajat dan tujuan yang sama dengan pelayanan pendidikan lainnya (baca: pelayanan pengajaran dan/atau manajemen), yaitu mengantarkan para siswa untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal. Perbedaan terletak dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimana masing-masing memiliki karakteristik tugas dan fungsi yang khas dan berbeda (1).
2. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater.
Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah konseli/pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.
Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dan konseling tidaklah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter dan psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan konselor bekerja dengan orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami masalah.Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi perilaku, pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan dengan teknik-teknik khas bimbingan dan konseling.
3. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang bersifat insidental.
Memang tidak dipungkiri pekerjaan bimbingan dan konseling salah satunya bertitik tolak dari masalah yang dirasakan siswa, khususnya dalam rangka pelayanan responsif, tetapi hal ini bukan berarti bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan hanya bersifat reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat itu.
Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis dan terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan, pengembangan maupun penyembuhan (pengentasan)
4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang tersddia.
5. Bimbingan dan Konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang/tidak normal”.
Sasaran Bimbingan dan Konseling adalah hanya orang-orang normal yang mengalami masalah. Melalui bantuan psikologis yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut dapat terbebaskan dari masalah yang menghinggapinya. Jika seseorang mengalami keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk penyembuhannya. Masalahnya, tidak sedikit petugas bimbingan dan konseling yang tergesa-gesa dan kurang hati-hati dalam mengambil kesimpulan untuk menyatakan seseorang tidak normal. Pelayanan bantuan pun langsung dihentikan dan dialihtangankan (referal).
6. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berpusat pada keluhan pertama (gejala) saja.
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dari gejala yang ditemukan atau keluhan awal disampaikan konseli. Namun seringkali justru konselor mengejar dan mendalami gejala yang ada bukan inti masalah dari gejala yang muncul. Misalkan, menemukan siswa dengan gejala sering tidak masuk kelas, pelayanan dan pembicaraan bimbingan dan konseling malah berkutat pada persoalan tidak masuk kelas, bukan menggali sesuatu yang lebih dalam dibalik tidak masuk kelasnya.
7. Bimbingan dan Konseling menangani masalah yang ringan.
Ukuran berat-ringannya suatu masalah memang menjadi relatif, seringkali masalah seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami lebih dalam ternyata masalah itu sangat kompleks dan berat. Begitu pula sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun setelah dipelajari lebih jauh ternyata hanya masalah ringan saja. Terlepas berat-ringannya yang paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah (referal) kepada pihak yang lebih kompeten
8. Petugas Bimbingan dan Konseling di sekolah diperankan sebagai “polisi sekolah”.
Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah “polisi sekolah” yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan di sekolah.Tidak jarang konselor diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian, bahkan diberi wewenang bagi siswa yang bersalah.
Dengan kekuatan inti bimbingan dan konseling pada pendekatan interpersonal, konselor justru harus bertindak dan berperan sebagai sahabat kepercayaan siswa, tempat mencurahkan kepentingan apa-apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa. Konselor adalah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.
9. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanyalah merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal.
10. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerja sama dengan ahli atau petugas lain
Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya,sosial,dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Di sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak berdiri sendiri.Masalah itu sering kali saling terkait dengan orang tua,siswa,guru,dan piha-pihak lain; terkait pula dengan berbagai unsur lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu penanggulangannya tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru pembimbing saja .Dalam hal ini peranan guru mata pelajaran, orang tua, dan pihak-pihak lain sering kali sangat menentukan. Guru pembimbing harus pandai menjalin hubungan kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya siswa yang mengalami masalah itu. Di samping itu guru pembimbing harus pula memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah siswa. Guru mata pelajaran merupakan mitra bagi guru pembimbing, khususnya dalam menangani masalah-masalah belajar.
Namun demikian, konselor atau guru pembimbing tidak boleh terlalu mengharapkan bantuan ahli atau petugas lain. Sebagai tenaga profesional konselor atau guru pembimbing harus mampu bekerja sendiri, tanpa tergantung pada ahli atau petugas lain. Dalam menangani masalah siswa guru pembimbing harus harus berani melaksanakan pelayanan, seperti “praktik pribadi”, artinya pelayanan itu dilaksanakan sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain atau tanpa campur tangan ahli lain. Pekerjaan yang profesional justru salah satu cirinya pekerjaan mandiri yang tidak melibatkan campur tangan orang lain atau ahli.
11. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain harus pasif
Sesuai dengan asas kegiatan, di samping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun, terutama klien,harus secara langsung aktif terlibat dalam proses tersebut.Lebih jauh, pihak-pihak lain hendaknya tidak membiarkan konselor bergerak dan berjalan sendiri. Di sekolah, guru pembimbing memang harus aktif, bersikap “jemput bola”, tidak hanya menunggu didatangi siswa yang meminta layanan kepadanya.Sementara itu, personil sekolah yang lain hendaknya membantu kelancaran usaha pelayanan itu.
Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpakan hanya kepada konselor saja. Jika kegiatan yang pada dasarnya bersifat usaha bersama itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor, maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak berjalan sama sekali.
12. Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi.
13. Menyama-ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Cara apapun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang terkait dengannya.Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan. Masalah yang tampaknya “sama” setelah dikaji secara mendalam mungkin ternyata hakekatnya berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasinya. Pada dasarnya.pemakaian sesuatu cara bergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling, dan sarana yang tersedia.
14. Memusatkan usaha Bimbingan dan Konseling hanya pada penggunaan instrumentasi
Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dan dapat dikembangkan pada diri konselor adalah “mulut” dan keterampilan pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakannya instrumen (tes.inventori,angket dan dan sebagainya itu) hanyalah sekedar pembantu. Ketidaan alat-alat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, atau bahkan melumpuhkan sama sekali usaha pelayanan bimbingan dan konseling.Oleh sebab itu, konselor hendaklah tidak menjadikan ketiadaan instrumen seperti itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi, apa lagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sama sekali.Tugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan
15. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat.
Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang dihadapi klien dapat diatasi sesegera mungkin dan hasilnya pun dapat segera dilihat. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul, lebih-lebih kalau yang dimaksud dengan “cepat” itu adalah dalam hitungan detik atau jam. Hasil bimbingan dan konseling tidaklah seperti makan sambal, begitu masuk ke mulut akan terasa pedasnya. Hasil bimbingan dan konseling mungkin saja baru dirasakan beberapa hari kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemuadian.. Misalkan, siswa yang mengkonsultasikan tentang cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, mungkin manfaat dari hasil konsultasi akan dirasakannya justru pada saat setelah dia menjadi seorang dokter.
Adaptasi dan disarikan dari : Prayitno.2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta
Minggu, 19 Februari 2012
Minggu, 12 Februari 2012
TERJAWAB SUDAH...
Pertaruhan ini hampir final...Inilah peraih 5 besar try out II
Eva Nurhayat, Moh Navi, Riza Ahmad Roya, Novi Agustin dan...Helmi Luciana. Alhamdulillah
Eva Nurhayat, Moh Navi, Riza Ahmad Roya, Novi Agustin dan...Helmi Luciana. Alhamdulillah
Sabtu, 11 Februari 2012
SIAPA YANG TAK KENAL?
Kamis, 26 Januari 2012
PENTINGNYA BUDI PEKERTI BAGI SISWA
Masih diperlukan
PELAJARAN BUDI PEKERTI
OLEH : YUNI LESTARI, SPd
Pada masa kanak-kanak orangtua masih dapat bersiakp otoriter dan anak bisa patuh. Saat remaja sikapnya akan berbeda karena mulai meninggalkan rumah dan bergabung dengan kelompoknya yang sebaya. Remaja memilih dimarahi orangtuanya dari pada dikucilkan kelompoknya. Transisi fisik, psikis, dan social memang tidak mudah bagi remaja, sehingga masih membutuhkan bimbingan orang tua.
Pengaruh yang sangat kuat tanpa disadari bisa membuat remaja yang mungkin dianggap modern, tetapi sebenarnya melanggar tata susila dan norma-norma yang berlaku di Indonesia.
Prof.Sartini menyampaikan renungan bagi orangtua untuk mendidik anak-anaknya supaya bisa mengalami tumbuh kembang denganbaik:
1. Jika anak banyak dicela,maka ia akan terbiasa menyalahkan.
2. Jika anak banyak dimusuhi,maka ia akan terbiasa menentang.
3. Jika anak dihantui ketakutan,maka ia akan terbiasa merasa cemas.
4. Jika anak banyak dikasihani,maka ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
5. Jika anak sering diolok-olok,maka ia akan terbiasa menjadi pemalu.
6. Jika anak dikitari rasa iri,maka ia akan terbiasa merasa bersalah.
7. Jika anak serba dimengerti,maka ia akan terbiasa menjadi penyabar.
8. jika anak banyak diberi dorongan,maka ia akan terbiasa percaya diri.
9. Jika anak banyak dipuji,maka ia akan terbiasa menghargai.
10. Jika anak diterima lingkungannya,maka ia akan terbiasa menyayangi.
11. Jika anak sering disalahkan,maka ia terbiasa senang menjadi dirinya sendiri.
12. Jika anak mendapat pengakuan dari kiri kanan,maka ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya.
13. Jika anak diperlakukan denga jujur,maka ia akan terbiasa melihat kebenaran
14. Jika anak ditimang tanpa berat sebelah,maka ia akan terbiasa melihat keadilan.
15. Jika anak mengenyam rasa aman,maka ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya.
16. Sedang jika anak dikerumuni keramahan,maka ia akan terbiasa berpendirian
PELAJARAN BUDI PEKERTI
OLEH : YUNI LESTARI, SPd
Pada masa kanak-kanak orangtua masih dapat bersiakp otoriter dan anak bisa patuh. Saat remaja sikapnya akan berbeda karena mulai meninggalkan rumah dan bergabung dengan kelompoknya yang sebaya. Remaja memilih dimarahi orangtuanya dari pada dikucilkan kelompoknya. Transisi fisik, psikis, dan social memang tidak mudah bagi remaja, sehingga masih membutuhkan bimbingan orang tua.
Pengaruh yang sangat kuat tanpa disadari bisa membuat remaja yang mungkin dianggap modern, tetapi sebenarnya melanggar tata susila dan norma-norma yang berlaku di Indonesia.
Prof.Sartini menyampaikan renungan bagi orangtua untuk mendidik anak-anaknya supaya bisa mengalami tumbuh kembang denganbaik:
1. Jika anak banyak dicela,maka ia akan terbiasa menyalahkan.
2. Jika anak banyak dimusuhi,maka ia akan terbiasa menentang.
3. Jika anak dihantui ketakutan,maka ia akan terbiasa merasa cemas.
4. Jika anak banyak dikasihani,maka ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
5. Jika anak sering diolok-olok,maka ia akan terbiasa menjadi pemalu.
6. Jika anak dikitari rasa iri,maka ia akan terbiasa merasa bersalah.
7. Jika anak serba dimengerti,maka ia akan terbiasa menjadi penyabar.
8. jika anak banyak diberi dorongan,maka ia akan terbiasa percaya diri.
9. Jika anak banyak dipuji,maka ia akan terbiasa menghargai.
10. Jika anak diterima lingkungannya,maka ia akan terbiasa menyayangi.
11. Jika anak sering disalahkan,maka ia terbiasa senang menjadi dirinya sendiri.
12. Jika anak mendapat pengakuan dari kiri kanan,maka ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya.
13. Jika anak diperlakukan denga jujur,maka ia akan terbiasa melihat kebenaran
14. Jika anak ditimang tanpa berat sebelah,maka ia akan terbiasa melihat keadilan.
15. Jika anak mengenyam rasa aman,maka ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya.
16. Sedang jika anak dikerumuni keramahan,maka ia akan terbiasa berpendirian
Rabu, 25 Januari 2012
KEBIASAAN BELAJAR
APAKAH INI SEBUAH KEBIASAAN YANG BAIK ?

KEBIASAAN BELAJAR
Kebiasaan belajar yang baik akan membantu seseorng pelajar mencapai sukses dalam belajarnya. Tetapi, tentu saja inteligensi yang tinggi kalau didukung dengan kebiasaan belajar yang baik dan dilandasi minat yang besar niscaya akan mendatangkan sukses besar dalam belajar.
Kebiasaan belajar itu bukanlah bakat alamiah atau bawaan yang diminati sejak kecil, tetapi perilaku yang dipelajari secara sengaja atau secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena diulang-ulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu menjadi terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar.
Dalam hal ini kebiasaan belajar tidak hanya menciptakan keajegan perilaku saja, tetapi yang jauh lebih penting adalah dapat menjadi pengganti daya kemauan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar.
Simak berbagai tips kebiasaan belajar di bawah ini………
1. Belajar selalu di tempat yang sama (kalau mungkin dalam kamar belajar sendiri).Bilamana memakai tempat/kamar yang sama setiap hari, akan senantiasa teringat hubungan kamar/tempat tersebut dengan belajar.Keterbiasaan dengan kamar belajar sendiri berani lebih sedikit gangguan sehingga mudah memusatkan perhatian.
2. Mempelajari suatu mata pelajaran/bahan pelejaran pada waktu yang sama (setiap hari kalau mungkin). Kebiasaan mempelajari mata pelajaran pada waktu yang sama setiap hari menumbuhkan kecenderungan berkonsentrasi.
3. Berbuat sesuatu ketika belajar.Aktivitas paling bermanfaat adalah menulis, yaitu membuat catatan, menggaris bawahi hal-hal penting dalam buku, membuat ringkasan, dan sebagainya.
4. Mulai belajar segera setelah duduk menghadapi meja belajar seketika mulai mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan belajar. Bukalah buku, mulailah membaca, mencatat hal-hal penting, dan sebagainya. Konsentrasi akan segera terbentuk apabila betul-beyul melakukan kegiatan belajar.
5. Menyisihkan sekurang-kurangnya satu jam per minggu untuk mengulang masing-masing mata pelajaran. Tujuan penulangan adalah untuk mempelajari kembali atau mempelajari sampai tuntas bahan-bahan yang diperoleh dalam minggu itu.
6. Mencurahkan segenap perhatian pada waktu guru mengajar di kelas. Usahakan memperoleh manfaat sebanyak mungkin dari belajar di kelas, dengan terus berfikir tentang mata pelajaran yang diajarkan, mencatat hal-hal pokok, dan menghubungkan dengan urutan-urutan terdahulu.
7. Mencari penggunaan praktis dari pengetahuan yang baru diperoleh. Apabila dapat menemukan penggunaan praktis bagi pengetahuan baru diperoleh, akan meningkatkan daya ingat terdapat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama.
8. Selalu mencatat dan mempersiapkan semua tugas-tugas sekolah. Jadi mengandalkan ingatan saja. Salah satu bagian dari buku itu disediakan untuk mencatat tugas-tugas dari itu. Juga biasa untuk senantiasa mempersiapkan suatu tugas sebelum waktu pelajaran akan tiba.
9. Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman terdahulu, sejauh mungkin hendaknya mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman terdahulu dengan mencoba menemukan contoh-contoh pengetahuan yang baru saja diperoleh.
10. Membagi-bagi kegiatan belajar. Jangan berusaha mempelajari sesuatu hal seluruhya sekaligus, dan jangan belajar dalam jangka lama dalam sekali duduk tanpa menyelingi istirahat atau melakukan selingan. Belajar yang intensif memerlukan waktu 1,5 s.d 2 jam kemudian diselingi dengan istirahat pendek. Hasilnya lebih baik dari pada yang belajar terus menerus dalam jangka waktu lama.
11. Mempelajari pelajaran-pelajaran yang penting pada saat sebelum kecepatan proses lupa dapat dikurangi dengan tidur yang dilakukan sesuai belajar mempelajari pelajaran yang penting atau serius.
Demikian beberapa kebiasaan belajar yang baik yang perlu dibentuk dan dibiasakan oleh para siswa yang ingin sukses.
SELAMAT MENCOBA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

KEBIASAAN BELAJAR
Kebiasaan belajar yang baik akan membantu seseorng pelajar mencapai sukses dalam belajarnya. Tetapi, tentu saja inteligensi yang tinggi kalau didukung dengan kebiasaan belajar yang baik dan dilandasi minat yang besar niscaya akan mendatangkan sukses besar dalam belajar.
Kebiasaan belajar itu bukanlah bakat alamiah atau bawaan yang diminati sejak kecil, tetapi perilaku yang dipelajari secara sengaja atau secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena diulang-ulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu menjadi terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar.
Dalam hal ini kebiasaan belajar tidak hanya menciptakan keajegan perilaku saja, tetapi yang jauh lebih penting adalah dapat menjadi pengganti daya kemauan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar.
Simak berbagai tips kebiasaan belajar di bawah ini………
1. Belajar selalu di tempat yang sama (kalau mungkin dalam kamar belajar sendiri).Bilamana memakai tempat/kamar yang sama setiap hari, akan senantiasa teringat hubungan kamar/tempat tersebut dengan belajar.Keterbiasaan dengan kamar belajar sendiri berani lebih sedikit gangguan sehingga mudah memusatkan perhatian.
2. Mempelajari suatu mata pelajaran/bahan pelejaran pada waktu yang sama (setiap hari kalau mungkin). Kebiasaan mempelajari mata pelajaran pada waktu yang sama setiap hari menumbuhkan kecenderungan berkonsentrasi.
3. Berbuat sesuatu ketika belajar.Aktivitas paling bermanfaat adalah menulis, yaitu membuat catatan, menggaris bawahi hal-hal penting dalam buku, membuat ringkasan, dan sebagainya.
4. Mulai belajar segera setelah duduk menghadapi meja belajar seketika mulai mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan belajar. Bukalah buku, mulailah membaca, mencatat hal-hal penting, dan sebagainya. Konsentrasi akan segera terbentuk apabila betul-beyul melakukan kegiatan belajar.
5. Menyisihkan sekurang-kurangnya satu jam per minggu untuk mengulang masing-masing mata pelajaran. Tujuan penulangan adalah untuk mempelajari kembali atau mempelajari sampai tuntas bahan-bahan yang diperoleh dalam minggu itu.
6. Mencurahkan segenap perhatian pada waktu guru mengajar di kelas. Usahakan memperoleh manfaat sebanyak mungkin dari belajar di kelas, dengan terus berfikir tentang mata pelajaran yang diajarkan, mencatat hal-hal pokok, dan menghubungkan dengan urutan-urutan terdahulu.
7. Mencari penggunaan praktis dari pengetahuan yang baru diperoleh. Apabila dapat menemukan penggunaan praktis bagi pengetahuan baru diperoleh, akan meningkatkan daya ingat terdapat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama.
8. Selalu mencatat dan mempersiapkan semua tugas-tugas sekolah. Jadi mengandalkan ingatan saja. Salah satu bagian dari buku itu disediakan untuk mencatat tugas-tugas dari itu. Juga biasa untuk senantiasa mempersiapkan suatu tugas sebelum waktu pelajaran akan tiba.
9. Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman terdahulu, sejauh mungkin hendaknya mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman terdahulu dengan mencoba menemukan contoh-contoh pengetahuan yang baru saja diperoleh.
10. Membagi-bagi kegiatan belajar. Jangan berusaha mempelajari sesuatu hal seluruhya sekaligus, dan jangan belajar dalam jangka lama dalam sekali duduk tanpa menyelingi istirahat atau melakukan selingan. Belajar yang intensif memerlukan waktu 1,5 s.d 2 jam kemudian diselingi dengan istirahat pendek. Hasilnya lebih baik dari pada yang belajar terus menerus dalam jangka waktu lama.
11. Mempelajari pelajaran-pelajaran yang penting pada saat sebelum kecepatan proses lupa dapat dikurangi dengan tidur yang dilakukan sesuai belajar mempelajari pelajaran yang penting atau serius.
Demikian beberapa kebiasaan belajar yang baik yang perlu dibentuk dan dibiasakan oleh para siswa yang ingin sukses.
SELAMAT MENCOBA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Selasa, 24 Januari 2012
ORANG HEBAT DARI SMP NEGERI 4 BLITAR
MARI BERTARUH
Try Out Ujian Nasional ke 2 akan dilaksanakan pada hari senen dan selasa tanggal 30 dan 31 Januari, siapakah yang akan menjadi peraih nilai tertinggi? apakah masih wajah wajah lama ? Mari kita bersaing untuk meraih prestasi...
KEPALA SMP NEGERI 4 BLITAR Drs Dwi Agus Sunyoto, MPd

Beliau adalah Kepala SMP Negeri 4 Blitar yang memfasilitasi seluruh kegiatan layanan BK di SMP Negeri 4 Blitar. Terima Kasih atas nama seluruh staff Bk dan para siswa karena beliau telah menyediakan ruang baru yang sangat representatif. Semoga kita dapat melayani seluruh siswa dengan maksimal. Silahkan kunjungi ruang BK di sebelah aula SMP Negeri 4 Blitar
KESULITAN BELAJAR
Oleh : Yuni Lestari, SPd
HAL YANG WAJAR YANG BIASA DAN BISA TERJADI DAN BISA DIALAMI OLEH SEMUA SISWA, TETAPI JIKA DIBIARKAN AKAN MENJADIKAN SISWA TERSEBUT TIDAK NAIK KELAS
TANDA-TANDA
• NILAI DI BAWAH KKM (NILAI MINIMAL YANG HARUS DICAPAI OLEH SISWA, SETIAP SEKOLAH DAN SETIAP MATA PELAJARAN TIDAK SAMA)
• NILAI MATI
• LAMBAT MENGUMPULKAN TUGAS BAHKAN TIDAK MENGUMPULKAN TUGAS
• SERING MELAKUKAN HAL-HAL NEGATIF TANPA ALASAN YANG JELAS (MISALNYA TERLAMBAT, TIDAK SERAGAM, TIDAK MENGERJAKAN PR DLL)
AKIBAT YANG DAPAT TERJADI JIKA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR DIBIARKAN
• 1. NILAI YANG DICAPAI RENDAH
• 2.PERINGKAT DIBAWAH
• 3. RATA-RATA NILAINYA RENDAH (BISA DI BAWAH KKM)
• 4. HARUS SERING REMIDI
• 5. NAIK SEKEDAR NAIK
• 6. MINDER, FRUSTASI, TERTUTUP
• 7. DROU OUT
• 8. KESULITAN MELANJUTKAN SEKOLAH
PENYEBAB KESULITAN BELAJAR :
LUAR
• LINGKUNGAN : Orang Tua, Teman sekolah, Teman Bermain
• SEKOLAH YANG TERLALU LUNAK DALAM PERATURAN/ DISIPLIN KAKU
DALAM
KEPRIBADIAN SISWA YANG KURANG BAIK (MALES, SEMANGAT BELAJAR RENDAH, MUDAH KENA PENGARUH NEGATIF)
CARA MENANGANI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI SISWA (SECARA GLOBAL, MELIHAT PENYEBABNYA)
• MOTIVASI DARI SEMUA PIHAK (ORANG TUA, GURU MATA PELAJARAN, WALI KELAS, GURU BK, TEMAN)
• PENGAWASAN DARI SEMUA PIHAK (ORANG TUA, GURU MATA PELAJARAN, WALI KELAS, GURU BK, TEMAN)-------WASKAT
• KONTROL DARI PIHAK TERKAIT
• KOORDINASI
Oleh : Yuni Lestari, SPd
HAL YANG WAJAR YANG BIASA DAN BISA TERJADI DAN BISA DIALAMI OLEH SEMUA SISWA, TETAPI JIKA DIBIARKAN AKAN MENJADIKAN SISWA TERSEBUT TIDAK NAIK KELAS
TANDA-TANDA
• NILAI DI BAWAH KKM (NILAI MINIMAL YANG HARUS DICAPAI OLEH SISWA, SETIAP SEKOLAH DAN SETIAP MATA PELAJARAN TIDAK SAMA)
• NILAI MATI
• LAMBAT MENGUMPULKAN TUGAS BAHKAN TIDAK MENGUMPULKAN TUGAS
• SERING MELAKUKAN HAL-HAL NEGATIF TANPA ALASAN YANG JELAS (MISALNYA TERLAMBAT, TIDAK SERAGAM, TIDAK MENGERJAKAN PR DLL)
AKIBAT YANG DAPAT TERJADI JIKA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR DIBIARKAN
• 1. NILAI YANG DICAPAI RENDAH
• 2.PERINGKAT DIBAWAH
• 3. RATA-RATA NILAINYA RENDAH (BISA DI BAWAH KKM)
• 4. HARUS SERING REMIDI
• 5. NAIK SEKEDAR NAIK
• 6. MINDER, FRUSTASI, TERTUTUP
• 7. DROU OUT
• 8. KESULITAN MELANJUTKAN SEKOLAH
PENYEBAB KESULITAN BELAJAR :
LUAR
• LINGKUNGAN : Orang Tua, Teman sekolah, Teman Bermain
• SEKOLAH YANG TERLALU LUNAK DALAM PERATURAN/ DISIPLIN KAKU
DALAM
KEPRIBADIAN SISWA YANG KURANG BAIK (MALES, SEMANGAT BELAJAR RENDAH, MUDAH KENA PENGARUH NEGATIF)
CARA MENANGANI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI SISWA (SECARA GLOBAL, MELIHAT PENYEBABNYA)
• MOTIVASI DARI SEMUA PIHAK (ORANG TUA, GURU MATA PELAJARAN, WALI KELAS, GURU BK, TEMAN)
• PENGAWASAN DARI SEMUA PIHAK (ORANG TUA, GURU MATA PELAJARAN, WALI KELAS, GURU BK, TEMAN)-------WASKAT
• KONTROL DARI PIHAK TERKAIT
• KOORDINASI
Selasa, 17 Januari 2012
KANDIDAT PERAIH UAN TERTINGGI
KANDIDAT PERAIH UAN TERTINGGI
1. RIZA AHMAD ROYA
2. EVA NURHAYATI
3. DIANA PANGESTI
4. MAULENA FIRDAUSI
5. ALDINE PUTRA FIRDIAN
1. RIZA AHMAD ROYA
2. EVA NURHAYATI
3. DIANA PANGESTI
4. MAULENA FIRDAUSI
5. ALDINE PUTRA FIRDIAN
PERINGKAT SEPULUH BESAR KELAS 9
SEMESTER GANJIL TAHUN 2011-2012
1 8893 Eva Nurhayati 9A 1060
2 8923 Helmi Luciana Dewi 9D 1051
3 8957 Mery Rahayu 9A 1050
4 9018 RIZA ACHMAD ROYYA 9F 1043
5 8869 DIANA PANGESTI 9F 1043
6 8949 Mahfud Kurnianto 9H 1040
7 9010 Rifqa Iffatun Nur Izzati9A 1037
8 8903 FELLYN MERRY ANGGRAINY 9F 1027
9 9025 Ruslina Santiara 9D 1026
10 9029 Sapto Wahyu Sudrajat 9E 1025
SEMESTER GANJIL TAHUN 2011-2012
1 8893 Eva Nurhayati 9A 1060
2 8923 Helmi Luciana Dewi 9D 1051
3 8957 Mery Rahayu 9A 1050
4 9018 RIZA ACHMAD ROYYA 9F 1043
5 8869 DIANA PANGESTI 9F 1043
6 8949 Mahfud Kurnianto 9H 1040
7 9010 Rifqa Iffatun Nur Izzati9A 1037
8 8903 FELLYN MERRY ANGGRAINY 9F 1027
9 9025 Ruslina Santiara 9D 1026
10 9029 Sapto Wahyu Sudrajat 9E 1025
PERINGKAT SEPULUH BESAR KELAS 8
SEMESTER GANJIL TAHUN 2011-2012 Klas Jumlah
1 9134 DESY RAHMA NADIA 8H 1033
2 9287 RONA SEPTIKA SURYA W. 8H 1018
3 9289 SAFANNY FADHILA ATHALIA 8B 1017
4 9215 MARDIKA WISTYO PUTRI 8E 1014
5 9185 HILDA WAHYU I. 8A 1012
6 9092 ANGELINA PUTRI A. 8A 1007
7 9163 FIONA DEWI SAPUTRA 8A 1007
8 9258 PRALINDA TRIAS NOVITA 8F 1007
9 9305 VENTARIA JUNIAWANTI 8A 1004
10 9218 MELIANA SARI DEWI 8G 1003
SEMESTER GANJIL TAHUN 2011-2012 Klas Jumlah
1 9134 DESY RAHMA NADIA 8H 1033
2 9287 RONA SEPTIKA SURYA W. 8H 1018
3 9289 SAFANNY FADHILA ATHALIA 8B 1017
4 9215 MARDIKA WISTYO PUTRI 8E 1014
5 9185 HILDA WAHYU I. 8A 1012
6 9092 ANGELINA PUTRI A. 8A 1007
7 9163 FIONA DEWI SAPUTRA 8A 1007
8 9258 PRALINDA TRIAS NOVITA 8F 1007
9 9305 VENTARIA JUNIAWANTI 8A 1004
10 9218 MELIANA SARI DEWI 8G 1003
SISWA BERPRESTASI SMPN BLITAR
PERINGKAT 10 BESAR KELAS 7
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SEMESTER GANJIL
No NAMA JML KELAS
1 Riska Rantinandika 1033 7D
2 EGIES PRISTIA MONIKA SARI 1030 7D
3 NINIK RAHAYU 1028 7B
4 NOVIA AYU PERTIWI 1025 7H
5 Vadlilatul Ulfa 1019 7G
6 Ludfi Tri Yuni 1011 7A
7 Christian Kevin 1007 7B
8 Devi Ayu Nilasari 1006 7F
9 Trisna Dwi 1005 7E
10 NAUVAL IBNU ROSYD NASRUDIN 995 7H
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SEMESTER GANJIL
No NAMA JML KELAS
1 Riska Rantinandika 1033 7D
2 EGIES PRISTIA MONIKA SARI 1030 7D
3 NINIK RAHAYU 1028 7B
4 NOVIA AYU PERTIWI 1025 7H
5 Vadlilatul Ulfa 1019 7G
6 Ludfi Tri Yuni 1011 7A
7 Christian Kevin 1007 7B
8 Devi Ayu Nilasari 1006 7F
9 Trisna Dwi 1005 7E
10 NAUVAL IBNU ROSYD NASRUDIN 995 7H
Langganan:
Postingan (Atom)